Dyah Roro Yakin Indonesia Dapat Menjadi ‘Price Setter’ CPO di Tahun 2045

17-07-2022 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti saat megikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Kawasan Industri Dumai, Riau, Senin (11/7/2022). Foto: Aisyah/Man

 

Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti mengatakan bahwa persoalan minyak goreng bukan hanya polemik di Kota Dumai, Provinsi Riau, namun juga di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan polemik ini terus diawasi oleh Komisi VII DPR RI dan hal utama yang difokuskan Komisi VII DPR RI adalah bagaimana komoditas-komoditas tertentu ini harganya tidak mahal dan tersedia di pasaran. Namun yang menjadi permasalahan adalah minyak goreng dinilai masih sulit diakses dan harganya kurang terjangkau. 

 

Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah memberi subsidi minyak goreng curah agar harga minyak curah dipasaran sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.000/liter. “Yang menjadi temuan kami dari yang telah dipaparkan, khususnya distribusi minyak curah di  Riau. Penjualan di April hingga Mei melonjak sangat drastis, namun yang tidak dan belum dipaparkan kepada kami adalah berapa persen penjualan (minyak goreng) yang terjadi di luar negeri dan di dalam negeri,” kata Dyah Roro di tengah megikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Kawasan Industri Dumai, Riau, Senin (11/7/2022).

 

Politisi Partai Golkar itu mengaku bahwa keberadaan kawasan industri merupakan hal yang sangat didukung oleh Komisi VII DPR RI, karena berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan khususnya dari segi multiplier effect-nya. “Kami berharap purchasing power atau daya beli masyarakat juga bisa semakin meningkat. Alhamdulillah dari paparan Kementerian Perindustrian kalau saya lihat ini bagus sekali ya, ditambah di sini dipaparkan tenaga kerja saja mencakup 2426 orang,” tandas Dyah Roro.

 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa hilirisasi produk sawit di wilayah Riau sangat unggul, khususnya palm oil. Legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur X itu meyakini bahwa Indonesia pada tahun 2045 mempunyai potensi sebagai pusat produsen dan konsumen serta mempunyai potensi sebagai price setter dimana dunia pada akan berfokus kepada Indonesia sehingga dapat mempengaruhi (harga) palm oil di seluruh dunia.

 

Dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI yang dipimpin Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir itu turut dihadiri sejumlah Anggota Komisi VII DPR RI lainnya, serta Dirjen KPAII Kementerian Perindustrian, Direksi PT Kawasan Industri Dumai, Direksi Wilmar Group, Pemkot Dumai dan jajaran Pemerintah Provinsi Riau. (ais/sf)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...